Alkisah, ada seorang santri yang sudah lama belajar di sebuah pesantren. Santri ini tidak hanya saleh, tapi juga cerdas. Banyak orang, termasuk kyai yang berharap banyak dari santri ini.
Suatu ketika, santri muda ini mendapatkan beasiswa untuk menimba ilmu di Amerika. Dia belajar di sana cukup lama untuk menyelesaikan program master dan doktornya berturut-turut.
Tidak terasa, tujuh tahun sudah berlalu. Santri ini pulang ke tanah air. Tiba di kampung halamannya, dia langsung menyalami kerabat, sahabat dan tetangga dekatnya. Dulu, santri ini pemalu, bahkan cenderung rendah diri. Namun, sekarang tingkahnyabegitu percaya diri. Kata-katanya selalu bercampur bahasa Inggris atau minimal ada kata-kata asing, supaya terkesan keren dan ilmiah.
Beberapa hari di rumah dia merasa bosan. Pada suatu hari santri ini pun meminta izin kepada orang tuanya untuk berkunjung ke pesantern tempatnya dulu mengaji. Dengan banga dia bercerita banyak hal. Terakhir, dia pun mendatangi sang kyai, seorang guru yang dikaguminya.
“Pak Kyai, bolehkah Saya mengajukan beberapa pertanyaan ?”Tanya santri ini mengawali obrolan dengan kyai.
“Ya, silakan saja. Tidak perlu sungkan”
“Pertanyaan saya tidak banyak, hanya tiga. Tetapi maaf, pertanyaan saya ini sepertinya sulit untuk dijawab.”
“Begitu ya?!Insya Allah, Saya akan coba menjawab pertanyaanmu degan sebaik-baiknya.”
“Pak Kyai begitu yakin, seorang Proffesor saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.”
“Silakan, kemukakan saja !”
“Tiga pertanyaan saya adalah pertama, jika Allah, Tuhan itu memang ada, coba tunjukkan wujudNya kepada saya. Kedua, apakah takdir itu? Dan yang terakhir, setan diciptakan dari api, tetapi mengapa Tuhan menghukum dia dengan memasukkan ke dalam neraka yang terbuat dari api pula? Apakah setan merasakan sakit, sebab mereka memiliki unsure yang sama, yakni api. Apakah hal ini tidak terpikirkan oleh Tuhan sebelumnya?”
Belum kering juga mulut si santri kering, tiba-tiba sang kiai menampar pipi si santri dengan keras. Sudah tentu si santri merasa kesakitan. Mulutnya meringis menahan nyeri akibat tamparan sang kyai.
“Kenapa Pak kyai marah dan menampar saya? Apa salah saya?”
“Saya tidak marah, justrutamparan itu merupakan jawaban untuk tiga pertanyaan yang kamu ajukan” jawab sang kyai.
“Saya tdak mengerti apa yang pak kiai maksud” kata si santri.
“Bagaimana tamparan saya?sakit?”
“Tentu saja sakit. Tamparan pak kiai sangat keras.”
“Jadi kamu percaya bahwa sakit itu ada ?”
“Iya, Jelas. Hal yang sudah biasa terjadi”
“Kalau begitu, tunjukkan kepada saya wujud sakit itu !”
“Wah, tidak bisa pak kyai.”
“Itu jawaban untuk pertanyaan pertama kamu. Allah (Tuhan) itu ada, bukti-buktinya terasa. Namun, kita tidak mampu melihat wujudNya.”
“Apakah tadi malam kamu bermimpi akan ditampar oleh tangan saya ?”
Si santri pun menggelengkan kepal.
“Pernahkah kamu membayangkan kalau kamu akan menerima tamparan dari saya pada hari ini ?”
“Sama sekali tidak! Tidak terbayangkan seorang peyantun seperti pak kyai akan menampar saya.”
“Nah, itulah takdir.”
“Tangan yang saya gunakan untuk menampar kamu terbuat dari apa ?”
“Kulit.”
“Lalu, pipimu terbuat dari apa?”
“Sama, dari kulit juga.”
“Bagaimana rasanya tamparan saya ?”
“Wah, sakit sekali pak kyai.”
‘Itulah jawaban untuk pertanyaanmu yang ketiga. Setan diciptakan dari api. Neraka terbuat dari api. Mudah bagi Allah (Tuhan) menjadikan api neraka itu sangat menyakitkan untuk setan.”
Santri ini hanya bengong . Benar juga, katanya dalam hati.
Artikel keren lainnya:
BAgus banget ceritanya...
BalasHapusgolden goose outlet
BalasHapuscurry 6
jordan sneakers
kd13
supreme clothing
longchamp
yeezy boost 350 v2
supreme hoodie
birkin bag
supreme