Kali ini saya ingin berbagi
pengalaman tentang mengirim tulisan ke surat kabar. Well, sebenarnya ini adalah
kisah setahun yang lalu ketika dua tulisan saya dimuat oleh “Pikiran Rakyat”,
koran harian di wilayah Jawa Barat. Perasaan senang pasti ada melihat tulisan
saya terpampang di media massa dan bisa dibaca oleh banyak orang. Sebuah kebahagiaan
tersendiri bagi saya.
Saya sendiri memang suka menulis,
namun selama ini yang saya tulis hanya hal-hal ringan saja, seperti
tulisan-tulisan saya di blog ini, yah seputar berbagi pengalaman dan tips
ringan yang saya tahu. Meskipun demikian, kadang kesenangan saya untuk
mengekspresikan perasaan dan pikiran saya lewat tulisan terbentur oleh
kesibukan dan keterbatasan waktu.
By the way, kembali ke tema. Tulisan pertama saya yang dimuat oleh
Pikiran Rakyat berjudul “Wacana Penggunaan E
Sabak”. Saat itu saya memberikan opini tentang wacana Menteri Pendidikan
yang ingin memulai penggunaan tablet, yang dinamakan E sabak, untuk keperluan
pendidikan dan menggantikan peran buku cetak yang biasa digunakan oleh siswa
pada umumnya. Sedangkan tulisan kedua saya berjudul “UN Berbasis Komputer,
Antara Peluang dan Tantangan” menanggapi wacana penggunaan komputer dalam Ujian
Nasional yang akan dimulai pada tahun 2015 lalu.
Menembus surat kabar bagi saya cukup
susah. Perlu berkali-kali mencoba agar tulisan saya dimuat. Maklum saja
meskipun suka menulis namun skill menulis saya masih lemah sekali. Dari 5
tulisan yang saya kirim, hanya dua yang dimuat. Bayangkan berapa prosentase
keberhasilannya, kurang dari setengahnya atau malah dua tulisan yang dimuat itu
karena faktor hoki saja, hehe. Namun, bagi saya tidak masalah dimuat atau tidak,
yang paling penting saya sudah mencoba untuk menuliskan apa yang ada di pikiran
saya dan saya bisa belajar dari setiap kegagalan.
Awalnya saya bertanya-tanya
mengapa beberapa tulisan saya tersebut tidak dimuat, sebab saya pikir semua
daya dan upaya sudah saya kerahkan (bahkan sampai berdarah-darah, hehe) untuk
menyelesaikannya. Hingga pada akhirnya saya sadari ternyata tulisan-tulisan
saya yang tidak dimuat kurang up to date
dengan isu yang sedang berkembang di waktu itu. Di samping itu setelah saya
baca kembali ternyata betul, saya kurang fokus dalam menguraikan masalah dan opini
yang saya sampaikan kurang terstruktur dengan baik. Mungkin ini bisa
menyadarkan saya dan kita semua untuk membuat draft terlebih dahulu sebelum
menulis, bisa dengan mind mapping,
dsb. Lalu mencari referensi yang sesuai untuk menguatkan tulisan, menyusun
pendapat dengan baik dan yang paling penting mengecek kembali tulisan dengan
hati-hati sebelum dikirimkan.
Oh iya, satu lagi, bagi
teman-teman yang hendak mengirimkan tulisan ke surat kabar jangan lupa mencatat
alamat emailnya. Bisa jadi setiap rubrik memiliki alamat email masing-masing, agar
tidak terjadi kesalahan saat pengiriman. Misalnya di Pikiran Rakyat sendiri,
untuk kolom opini alamatnya di opini@pikiran-rakyat.com
atau untuk pendidikan alamatnya di pendidikan@pikiran-rakyat.com
dan forumguru@pikiran-rakyat.com.
Sampai di sini saja cerita saya tentang
pengalaman mengirimkan tulisan di koran dan surat kabar. Semoga ada manfaatnya.
Jika ada yang salah mohon dikoreksi, jika ada yang kurang mohon ditambahi dan
silakan mengisi kolom komentar jika ingin berdiskusi.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Menembus Surat Kabar Lokal"
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar ya!!!