Saya adalah tipe orang yang suka bermimpi dan berangan-angan. Sejak kecil, kehidupan saya selalu dihiasi banyak impian dan keinginan yang hendak saya lakukan ketika sudah dewasa nanti. Termasuk salah satunya bisa naik pesawat terbang dan melihat pemadangan bumi dari langit. Well, meski impian itu baru bisa terwujud ketika saya telah berusia 23 tahun, but no problem. Maklum, karena saya berlatar belakang keluarga sederhana dan jarang bepergian jauh, jadi rasanya suatu hal yang mustahil saya bisa naik moda transportasi canggih ini. Paling banter pergi ke Bali, itu pun dalam rangka study tour saat masih SMA dan Kuliah, naik apa? O jelass Bus pariwisata+kapal Ferry saat nyebrang Ketapang-Gilimanuk. Tapi Alhamdulillah, yang namanya rejeki itu unpredictable, bisa datang kapan saja dan di mana saja, tanpa disangka dan diduga sebelumnya. Belum lama ini saya bisa merasakan bagaimana sensasi melayang di udara dengan pesawat terbang. Dalam kurun waktu 1 bulan saya bisa bepergian dengan menggunakan 3 maskapai yang berbeda, dan seperti yang saya katakan sebelumnya tentang rejeki, dalam 3 kali perjalanan itu saya bisa naik pesawat tanpa bayar alias gratis sebab ada orang yang berbaik hati membelikan saya tiket, hehe.
Meski tujuannya hanya seputar Solo-Semarang-Banjarmasin, namun sudah cukup untuk menjawab rasa penasaran saya. Kalau tidak salah waktu itu tanggal 13 Juli saya berangkat ke Banjarmasin dari Bandara Ahmad Yani Semarang, kala itu saya menumpang Sriwijaya Air. Perjalanan ke dua saat liburan pra lebaran, pada tanggal 11 Agustus 2012. Dari Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin menuju Bandara Adi Sumarmo, Solo. Waktu itu saya terbang memakai maskapai Trigana Air. Terakhir, saya terbang dengan maskapai Lion Air saat hendak kembali ke Banjarmasin via Semarang tanggal 26 Agustus 2012.
Saat pertama kali terbang memang saya merasakan sensasi yang berbeda, takut dan was-was pasti. Mirip saat saya mencoba arena Halilintar di Dufan, rasanya sama persis. Bahkan saat perjalanan ke dua dan ke tiga, perasaan itu belum bisa hilang. Tapi ada yag perlu saya informasikan berkaitan dengan layanan maskapai yang saya pakai. Tapi perlu diingat informasi ini penilaian subjektif saya, jadi tidak bisa digeneralisasikan. Sekedar berbagi apa yang saya rasakan saat itu.
Sriwijaya Air
Saya menumpang Sriwijaya Air saat mengawali pengalaman saya naik pesawat, jadi saya berhak memberikan penghargaan sebagai maskapai pertama yang saya naiki (hehehe). Menurut saya, pelayanan yang diberikan maskapai ini cukup baik. Mulai dari saat check in, sampai dengan boarding. Namun kala itu yang membuat saya sedikit jengkel adalah keterlambatan keberangkatan yang hampir 1 jam. Armada yang digunakan saat itu Boeing 737-300. Lumayan nyaman pesawatnya meski usianya tak muda lagi, menurut info yang saya dapatkan pesawatnya umurnya lebih tua dari saya, sekitar 24 tahun, wuih..hehehe. Perjalanan Semarang-Banjarmasin ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam 10 menit. Selain itu saat di pesawat, tersedia snack dan permen untuk para penumpang. Soal harga tiket waktu itu saya tidak tahu, karena sekali lagi saya naiknya gratisan alias dibayari. Soal bagasi dan barang bawaan, saya tidak ada masalah sebab waktu itu memang barang bawaan saya tidak terlalu banyak.
Trigana Air
Nah, ini maskapai yang sempat membuat saya was-was. Saat hendak pulang ke Solo saat libur lebaran Agustus silam saya naik maskapai ini. Beberapa hari sebelumnya, saya sempat mencari-cari informasi, saat saya search di google images dengan mengetikkan Trigana Air, yang muncul malah pesawat-pesawat ukuran kecil dan pesawat ATR dengan baling-baling. Awalnya saya sempat mengira, nantinya saya akan terbang ke Jawa dengan pesawat baling-baling, hihihi..
Namun, saat hari H ternyata armada yang digunakan bukan pesawat baling-baling, melainkan pesawat jet berjenis Boeing 737-200. Layanan pra penerbangan saya menilai cukup bagus, check in cepat dan boardingnya malah lebih cepat 5 menit. Di atas pesawat pramugarinya cukup ramah, meski tak seramah saat naik Sriwijaya Air. Tersedia Snack juga untuk penumpang, namun karena saat itu saya sedang puasa, jadi snacknya tidak saya makan. Satu hal yang membuat saya lumayan senam jantung adalah kondisi armada yang digunakan. Tidak tahu kenapa, saat terbang di atas getarannya kasar sekali. Saya berkusnudzon saja, mungkin angin bertiup sangat kencang saat itu. Menurut saya, mungkin lebih baik lagi jika maskapai ini melakukan peremajaan armada, sebab menurut info yang saya dapatkan di situs ini, pesawat Boeing yang saya tumpangi berusia hampir kepala tiga, hehehe. Tapi Alhamdulillah waktu itu kami landing dengan selamat sampai tujuan.
Lion Air
Nah, ini yang terakhir. Mungkin diantara maskapai penerbangan lain, nama Lion Air merupakan salah satu yang paling popular. Saya menumpang maskapai ini saat hendak kembali ke Banjarmasin tanggal 26 Agustus silam dan ini merupakan penerbangan pertama Lion Air untuk rute Semarang-Banjarmasin. Berangkat dari Bandara Ahmad Yani Semarang sekitar pukul 16.00 WIB dan sampai ke tujuan sekitar pukul 18.00 WITA. Tidak seperti saat memakai dua maskapai sebelumnya, saat saya check-in antrian begitu panjang dan berdesak-desakkan. Terlihat lebih semrawut dan kurang tertata. Begitu halnya saat hendak naik ke pesawat, sangat disayangkan memang penumpang saling dorong. Saya kurang tahu kenapa, apa memang waktu itu tidak ada petugas yang mengurusi antrean. Berbeda dengan Sriwijaya dan Trigana Air, saat terbang dengan Lion tidak ada snack, permen atau bahkan air minum. Malah pramugari dan Flight Attendantnya nyambi jadi pedagang, hehehe. Jadi lebih baik kalau mau naik Lion, kita sudah siap makanan dan minuman sebelumnya, biar tidak kecelik.
Namun kalau berbicara soal Armada, Lion Air jauh di atas Sriwijaya dan Trigana. Armada yang dipakai saat itu pesawat berjenis Boeing 737-900ER. Suaranya halus dan lebih nyaman. Kapasitas lebih besar dan berbadan lebih panjang dibanding pesawat Boeing jenis 737-200 dan 300. Usianya pun masih sangat muda, kurang dari 1 bulan. Di badan pesawat juga belum tertulis nama “LION”, masih bercat warna biru-putih khas Boeing, hanya di bagian ekor terdapat logo singa merah bersayap. Jadi menurut saya, jika saja diimbangi dengan layanan yang lebih baik sebelum dan saat terbang, yah minimal dikasih snack lah, hehe, saya rasa Lion Air akan saya rekomendasikan ke teman-teman.
Well, itu tadi cerita dari pengalaman saya merasakan tiga maskapai berbeda. Semoga saja next time saat pulang lagi ke Jawa saya bisa naik maskapai yang lain, Garuda terutama, Hehehe. Sekali lagi ini penilaian subjektif saya, mungkin Anda punya pendapat yang berbeda.
Belum ada tanggapan untuk "Antara Sriwijaya, Lion dan Trigana"
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar ya!!!